Halaman

Minggu, 28 Maret 2010

melihat pojoknya kotaku

Hari ini temanku menikah, dan aku mendapatkan undangan untuk ikut iring-iring manten (entah ada nggak istilah ini didunia luar), dan tahukah kamu kemana tempat yang aku tuju? sebuah dusun bernama tambak gojoyo (masih masuk desa wedung) dusun yang berpenduduk sekitar 1000 orang itu terpisah dari desa wedung dengan jarak sekitar setengah jam perjalanan kalau ditempuh dengan motor (kalau ditempuh dengan memakai perahu sopek, maka jarak tempuhnya menjadi 1 jam).
Kembali kesoal iring-irng manten tadi, karena jalan kedusun itu tidak bisa ditempuh dengan roda empat(jalur darat hanya bisa dilewati sepeda motor), maka yang ikut ke tambak gojoyo yang tidak punya sepeda motor disediakan angkutan perahu sopek (jenis perahu bermesin yang diletakkan disamping), termasuk juga sang pengantin.
Dalam kondisi bulan maret yang masih masuk kategori musim hujan, ketakutan bahwa dalam perjalanan nanti akan terkena hujan akhirnya terjadi, rombongan yang ikut perahu terkena hujan sehingga basah kuyup, padahal mereka belum sampai ditempat tujuan, (baru kali ini aku melihat pengiring manten basah kuyup), sedangkan bagi pengiring yang menggunakan sepeda motor lebih beruntung karena cepat sampai sehingga pas turun hujan rombongan motor ini sudah sampai dilokasi.
Yang membuat khawatir adalah bahwa dalam rombongan itu juga terdapat anak-anak yang masih balita, jangan-jangan mereka akan terkena demam setelah mereka terkena hujan itu, (tapi semoga saja tidak, mereka tetap sehat). Masih ada perasaan sedih ketika menyaksikan bahwa di pulau Jawa masih ada desa yang kondisi transportasinya terbatas, kalau di Jawa saja masih ada yang seperti itu, apalagi diluar jawa.
Kadang terbersit pertanyaan pada diri sendiri, apa saja yang dilakukan oleh pemerintah sehingga infrastruktur yang seharusnya sudah bisa dinikmati oleh penduduk masih harus menjadi impian belaka, sampai kapankah mereka harus terus bermimpi untuk mendapatkan kemudahan itu? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar