Halaman

Selasa, 31 Desember 2013

Ribuan Warga Demak Hadiri Haul Gus Dur



Warga Nahdliyin yang memadati haul gusdur
DEMAK –Ribuan warga Nahdliyin dari berbagai penjuru di kabupaten Demak dan sekitarnya Minggu (29/12) tadi malam menghadiri tahlil umum dan pengajian kebangsaan dalam rangka memperingati empat tahun (Haul) wafatnya Gus Dur dengan tema “Haul Gus Dur dan Masyayihk Demak”. Kegiatan diselenggarakan Pengurus Majlis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) kecamatan Demak Kota di Serambi Masjid Agung Demak.
Ketua MWCNU Demak Kota K Yatin Ch Online dalam sambutannya mengatakan, kegiatan dimaksudkan untuk mengenang sang guru bangsa yang juga tokoh yang sangat disegani di kalangan para kiai dan tokoh masyarakat demak yang telah berjasa dalam pengembangan kota demak.

Rabu, 06 November 2013

KPU Baru, Harapan dan Tantangan



Mahmudi, Ketua KPU Demak 2013-2018
 Komisi Pemilihan Umum (KPU) Demak telah mendapatkan lima nama baru komisioner yang akan meneruskan tahapan pemilu legislatif 2014 hasil seleksi timsel KPU. Saat ini mereka sedang mengikuti pembekalan yang dilaksanakan oleh KPU Provinsi sebagai modal untuk menjadi penyelenggara pemilu selama lima tahun.
Tim seleksi KPU telah bekerja keras menyaring orang-orang terbaik untuk diangkat menjadi komisioner KPU Demak periode 2014-2019. Meski baru tetapi sebagian merupakan wajah lama karena tiga orang yang terpilih merupakan komisioner lama periode 2009-2014.
Sebagai pelaksana tahapan pemilu, komisi pemilihan umum Demak diharapkan segera tancap gas untuk menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) tahapan pemilu yang sudah berjalan, diantaranya adalah melakukan koordinasi dan mendorong pemerintah daerah untuk membentuk tim penertiban alat peraga kampanye (APK) sesuai dengan PKPU No. 15 tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD.
Berdasarkan hasil rapat koordinasi penetapan zona kampanye yang telah dilakukan oleh KPU dan stakeholder disebutkan bahwa penertiban APK dilakukan oleh tim yang berasal dari KPU, Satpol PP, Panwaslu, Badan Kesbangpol, dan instansi terkait lainnya.
Tantangan ke depan komisi pemilihan umum tentu saja masih banyak, diantaranya pembaharuan dan akurasi daftar pemilih tetap (DPT) yang memerlukan pencermatan secara kontinyu agar semakin akurat, karena hasil kajian yang dilakukan oleh panwaslu masih ditemukan data pemilih ganda, data pemilih tanpa NIK dan NKK ataupun yang sudah meninggal, ini merupakan persoalan klasik yang terus terulang dan harus disikapi oleh KPU dan jajarannya.
Persoalan independensi dan profesionalitas KPU juga harus diperhatikan karena intervensi partai politik ataupun birokrasi sedikit banyak bisa berpengaruh terhadap kinerja KPU. KPU harus berani dan bekerja secara professional berdasarkan aturan yang ada. Untuk itu menjadi tugas panwaslu serta lembaga swadaya masyarakat (LSM) mengawasi KPU agar lembaga ini tetap independen dan professional dalam penyelenggaraan pemilu.
Sebagai KPU baru yang dihuni oleh (tiga diantaranya) orang-orang lama, penulis yakin KPU akan sanggup untuk segera menyelesaikan tahapan-tahapan yang sampai saat kemarin sempat terbengkalai karena harus konsentrasi dengan proses perekrutan komisioner KPU. Dengan masih adanya tiga incumbent yang terpilih kembali, KPU Demak akan lebih mudah dalam melakukan koordinasi baik dengan birokrasi dan kesekretariatan.
Banyaknya persoalan dan isu strategis merupakan tantangan bagi komisioner KPU yang baru, harapannya terpilihnya komisioner yang baru mampu mensukseskan pemilu legislatif 2014 secara tahapan dan pelaksanaan. Harapan itu ada pada komisioner KPU baru yang akan dilantik.
Panwaslu Demak sebagai mitra kerja KPU dalam pengawasan tahapan pemilu menyambut baik terpilihnya komisioner KPU hasil seleksi timsel yang dilakukan secara professional dan transparan. Selamat berkarya.



Rabu, 11 September 2013

KHASIAT DAUN PYAHONG



Saat ini diriku masih dipusingkan dengan luka di kaki yang cukup mengganggu, kondisi luka ini memang tidak sampai mempengaruhi aktifitasku sehari-hari, tetapi rasa gatal dan kondisinya yang agak berair itu yang membuat diriku agak kerepotan untuk mengurus luka tersebut.
Beberapa tahun yang lalu, saat masih duduk di bangku kuliah, diriku pernah mendapatkan luka yang agak mirip, tetapi alhamdulillah setelah berobat do dokter umum setempat akhirnya luka tersebut sembuh. Pada tahun 2012 saat berkelana di Kota Kediri, diriku kembali mendapatkan luka yang (mungkin) disebabkan karena kondisi air dan kemalasan diri alias abai terhadap kebersihan diri, sehingga menyebabkan luka dan meskipun sudah sembuh ternyata bekas luka itu tidak bisa hilang, bekas luka itu seolah ingin tetap bersemayam di kaki sebagai cindera mata atas kebiasaan burukku yang abai terhadap kebersihan.
Saat itu sempat aku periksakan ke dokter, dan saran dari dokter tersebut adalah diet makanan laut, dengan kata lain aku harus makan dengan lauk hanya tempe dan tahu saja. Menurut analisis dokter tersebut, luka yang ada dikakiku karena efek dari mengkonsumsi makanan laut alias seafood. Padahal seumur hidup diriku adalah anak pesisir yang sejak kecil tentu saja sudah mengkonsumsi produk hasil laut sejak kecil, tetapi mulai saat itu aku harus menjauhi makanan laut, tentu saja itu hal yang sangat mustahil untuk aku lakukan.
Akhirnya saran dari dokter itu aku abaikan karena memang tidak mungkin untuk meninggalkan kebiasaan mengjonsumsi makanan laut tersebut. Setelah lama penyakit itu sembuh, tiba-tiba satu bulan ini penyakit tersebut kembali menemui diriku, persis menyerang bekas luka yang tidak bisa hilang dulu. Dengan modal salep yang dulu dikasihkan oleh dokter yang bungkusnya masih aku simpan, akhirnya aku kembali ke sebuah apotik untuk membeli salep tersebut dengan harapan penyakit ini bisa segera sembuh.
Tetapi sayang, luka itu tak jua kunjung sembuh penyebabnya banyak faktor. Satu karena masih ndablek tetep aja mengkonsumsi hasil laut, kedua juga karena tidak rutin dalam mengoleskan salep ke penyakitnya, sehingga luka tersebut bukannya sembuh, malah eskalasinya meluas.
Istriku yang tahu akan penyakit tersebut mencoba memberikan sebuah solusi berdasarkan pengalamannya sendiri. Dia memberi saran untuk menumbuk dan menempelkan daun itu pada luka yang ada dikakiku, dan sehari setelah aku mengikuti sarannya, alhamdulillah luka tersebut kering. Meskipun belum sembuh tetapi indikasi ke arah penyembuhan sudah mulai terlihat karena khasiat daun tersebut. Istriku menyebut nama daun itu adalah daun pyahong, tetapi setelah aku menelusuri di internet ternyata namanya binahong (gak tahu mana yang benar).
Berikut kami ambilkan beberapa tulisan dari beberapa web yang memuat khasiat daun tersebut
Semoga pengalaman ini bisa menjadikan inspirasi bagi pembaca (yang nyasar di blog saya) untuk memanfaatkan produk alam ini karena tanaman tersebut ada disekeliling kita dan mudah untuk mendapatkannya serta tidak mengandung bahan kimia, sehingga menjadikannya sebagai bahan obat yang aman dan tentu saja murah. Selamat mencoba

Sabtu, 20 Juli 2013

Belajar Dari Tanjung Gusta



Kerusuhan di lembaga pemasyarakatan kembali terjadi, kali ini Lembaga pemasyarakatan tanjung gusta yang diterpa kerusuhan, dalam catatan  penulis setidaknya sudah ada 7 kali kerusuhan yang terjadi di LP yang mengakibatkan jatuhnya korban, baik dari napi sendiri ataupun dari sipir penjara.
Kasus yang baru saja terjadi di lapas tanjung gusta kembali membuat kita terhenyak, karena persoalan yang sama kembali terjadi, berlebihnya jumlah napi di dalam LP telah dituding menjadi penyebab kerusuhan di LP tanjung gusta. Matinya fasilitas listrik dan air seharian penuh telah membuat para napi marah dan membakar ruangan dan kantor di penjara tanjung gusta. Akibatnya ratusan napi kabur melarikan diri, bahkan diantaranya terdapat napi teroris yang terlibat perampokan bank niaga.
Meskipun diyakini matinya air dan listrik bukanlah faktor pemicu utama yang mengakibatkan kerusuhan itu. Kekerasan dan diskriminasi terhadap napi adalah masalah bom waktu yang meletus pada kerusuhan seperti yang terjadi di lapas tanjung gusta. Persoalan lama yang tidak pernah diselesaikan oleh pemerintah inilah yang menjadikan bom waktu yang bisa meledak kapan saja.

Kamis, 07 Februari 2013

KISRUH DP4 (Lagi)



Pemilukada gubernur Jawa Tengah saat ini sudah dalam tahapan coklit yang baru saja selesai kemaren per 4 Februari. Banyak sekali hal menarik yang terjadi terkait dengan coklit yang dilakukan oleh KPU dan jajarannya. Dari mulai masih munculnya nama orang yang sudah meninggal, usia yang belum 17 tahun sampai nama-nama setan pun bermunculan. Kejadian yang agak unik ini terjadi di Kabupaten Purwodadi, terdapat nama-nama makhluk halus yang tercantum sebagai daftar penduduk potensial pemilih alias DP4, seperti kolor ijo, gundul pecengis, suster ngesot lengkap dengan NIK-nya.
Di kabupaten Blora juga ditemukan nama dan alamat yang tercantum sudah lengkap, tetapi ketika nama-nama ini dikonfirmasi ke tetangga terdekat, mereka tidak bisa menunjukkan orang yang dimaksud, sehingga ada kesan bahwa nama-nama tersebut bukanlah penduduk asli dari wilayah Blora. Sedangkan di kecamatan Wedung, kabupaten Demak juga terdapat satu nama penduduk bernama kematian yang tidak jelas alamatnya bisa tercantum di DP4.
Masih terdapatnya nama-nama yang sudah meninggal, selalu terulang setiap kali menjelang proses pemilu, juga pilkada baik itu bupati maupun gubernur. Artinya masih terjadi kelemahan dalam sistem administrasi kependudukan. Dinas kependudukan dan catatan sipil harus segera memperbaiki sistem administrasi yang ada pada mereka, karena hal ini berpotensi menjadikan pemilu rentan terjadi kecurangan, baik itu karena sistem ataupun memanfaatkan kelemahan dalam proses coklitnya.
Harapan dari lemahnya sistem administrasi kependudukan kita sebenarnya sudah coba dibenahi dengan adanya kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP), tetapi sampai sekarang proses tersebut belum juga rampung. Bahkan dari hasil e-KTP itu justru sekarang ini malah membingungkan, karena terjadi perbedaan jumlah pemilih di Jawa Tengah dengan selisih mencapai 6,7 juta penduduk (Suara Merdeka, tgl 7 Des 2012). Perbedaan data DAK2 dari Kemendagri dengan jumlah penduduknya sebanyak 32,57 juta yang akan digunakan untuk Pemilu Legislatif memang berbeda cukup signifikan dengan data SIAK dari Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Jawa Tengan sebanyak 39,29 juta penduduk. Sistem administrasi kependudukan negara kita yang sangat rapuh memang mudah dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dengan cara memasukkan nama-nama ataupun data yang tidak valid.
            KPU sebagai lembaga pelaksana memang tidak bisa mengutak-atik jumlah tersebut, yang bisa dilakukan oleh KPU adalah memaksimalkan kinerja PPDP sebagai ujung tombak dalam proses coklit sehingga hasil yang didapatkan sesuai dengan realita yang ada. Persoalannya adalah masih banyak petugas PPDP sebagai ujung tombak keberhasilan proses coklit ini, melaksanakan tugasnya dengan cara “main tembak” alias tidak melakukan kunjungan ke kepala keluarga satu-persatu. Mereka hanya mendata dari rumah sendiri, lalu menempelkan striker dan memberikan kertas sebagai tanda bahwa mereka telah dicoklit (model A.3.3-KWK.KPU).
            Dinas kependudukan dan catatan sipil sebagai lembaga yang paling bertanggung jawab terhadap data kependudukan harus mereformasi institusi mereka, agar kedepan tidak selalu muncul persoalan yang sama. Para pemangku kepentingan harus segera bertemu untuk kemudian mencari dimana letak kesalahan data tersebut, sehingga hasil dari pemilu yang akan datang tidak menjadi preseden buruk bagi terjadinya penurunan kualitas demokrasi kita yang tentunya akan berpengaruh terhadap kepemimpinan daerah.