Halaman

Selasa, 31 Desember 2013

Ribuan Warga Demak Hadiri Haul Gus Dur



Warga Nahdliyin yang memadati haul gusdur
DEMAK –Ribuan warga Nahdliyin dari berbagai penjuru di kabupaten Demak dan sekitarnya Minggu (29/12) tadi malam menghadiri tahlil umum dan pengajian kebangsaan dalam rangka memperingati empat tahun (Haul) wafatnya Gus Dur dengan tema “Haul Gus Dur dan Masyayihk Demak”. Kegiatan diselenggarakan Pengurus Majlis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) kecamatan Demak Kota di Serambi Masjid Agung Demak.
Ketua MWCNU Demak Kota K Yatin Ch Online dalam sambutannya mengatakan, kegiatan dimaksudkan untuk mengenang sang guru bangsa yang juga tokoh yang sangat disegani di kalangan para kiai dan tokoh masyarakat demak yang telah berjasa dalam pengembangan kota demak.
Bupati dalam kesempatan itu juga mengingatkan bahwa demak adalah gudang warga NU sehingga tetap akan melestarikan amalan-amalan khas NU seperti yasinan, manakib, berjanji ataupun sholawatan. Apabila ada warga yang ingin menghapus kegiatan itu maka harus diwaspadai karena bisa jadi itu merupakan gerakan-gerakan yang ibngin menghapus tradisi warga NU. Kabupaten Demak juga akan memotori kegiatan istigotsah masal seperti yang dicanangkan oleh Gus Mus, Halaqoh, parade Islam se Jawa, mempertahankan tradisi wayangan islami peninggalan Sunan Kalijaga.
Tahlil dan pengajian semalam terhitung istimewa karena selain dihadiri ribuan warga nahdliyin yang meluber sampai alun alun tersebut juga dihadiri para kiai, habaib, masyayikh serta menghadirkan tiga mubalig kondang yang pernah berjuang dan  dekat dengan  Gus Dur, diantaranya KH Bukhori Masruri (mantan Ketua PWNU Jawa tengah), KH Yusuf Khudlori (Pengasuh Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang)) serta Prof. DR. Mahfud MD, SH.  (mantan ketua Mahkamah Konstitusi)). Ketiga kiai tersebut dalam mauidhohnya mengulas manaqib atau biografi Gus Dur.
Gus Yusuf dalam mauidhoh hasanahnya bercerita kejeniusan masa kecil Gus Dur ketika masih menjadi santri di pondok yang sekarang beliau asuh (dulu masih diasuh oleh ayah gus yusuf). Bagaimana derajat santri alumni pondok pesantren menjadi naik setelah diperkenalkan oleh Gus Dur “banyak santri berani mengaku menjadi santri setelah ada Gus Dur” ujar Gus Yusuf.
Dalam kesempatan itu beliau juga menyentil Pekan Kondom Nasional yang diadakan oleh Kementerian Kesehatan yang menurut beliau justru kontra produktif dengan upaya memperbaiki moral anak bangsa “jangan hanya demi kesehatan badan, tapi justru melupakan moral dan akhlaq generasi penerus bangsa” pembagian kondom gratis merupakan sebuah pembenaran akan bebasnya kegiatan hubungan suami istri bagi remaja yang belum saatnya. “Hanya dengan mengirim anak ke Pesantrenlah, akhlaq anak muda akan bisa di jaga  dengan baik”
Pemimpin seperti Gus Dur merupakan pilihan dari langit yang sangat susah untuk mendapatkan kembali dalam waktu dekat, pemimpin seperti Gus Dur tidak bisa dicetak hanya melalui iklan media cetak dan TV.
Prof. Mahfud dalam kesempatan tersebut juga sama, beliau juga banyak bercerita tentang Gus Dur selama mendampingi beliau menjadi menteri di Kabinet. Bagaimana juga beliau diangkat menjadi menteri seperti banyak sudah kita baca di berbagai buku dan media.
Sedangkan KH. Bukhori Masruri juga tidak jauh berbeda, beliau lebih banyak bercerita sisi lain Gus Dur  ketika akan, saat dan setelah menjadi presiden, termasuk upaya Gus Dur saat memutuskan NU harus kembali ke khittah agar NU bisa menjadi mainstream dan menjadikan NU lebih besar. Gus Dur adalah satu-satunya orang yang berani menyebut Presiden Soeharto goblok dan itu dimuat oleh banyak media luar negeri, “jadi saat itu ada wartawan yang bertanya kepada Gus Dur tentang banyaknya orang NU yang pintar tetapi tak ada satupun yang diangkat menjadi menteri oleh presiden Soeharto, dan singkat Gus Dur hanya menjawab “because he is stupid”.
“Ilmu Politik yang digunakan oleh Gus Dur adalah  politik kancil dimana untuk membuat lawan politiknya terpaksa mendukung dirinya dalam pencalonan sebagai presiden tanpa harus dipaksa oleh Gus Dur sendiri adalah satu dari banyak contoh politik kancil yang diterapkan oleh Gus Dur”, terangnya lebih lanjut.
Pengarang lagu tahun 2000 itu (lagu yang dibawakan oleh Nasida Ria pada tahun 1990an) juga menambahkan bahwa sosok Gus Dur adalah orang yang tidak takut untuk memperjuangkan suatu yang dianggap kebenaran meskipun sendirian dan ditentang oleh kebanyakan orang. “itu yang harus kita contoh dari seorang Gus Dur” lalu mengakhiri acara pada malam hari itu dengan membaca sebuah do’a. (UN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar